Minggu, 24 Maret 2013

BAHAGIA SEBAGAI MUSAFIR


RUMAH – MASJID – TUJUAN – MASJID - RUMAH
Setiap kita adalah musafir, setiap kita pejalan kaki. Bagaimana rasanya jika kita berjalan tanpa persiapan dan tujuan yang jelas? Bagaimana rasanya berjalan tanpa arah yang jelas, hanya memgikuti langkah kaki yang tak bertujuan, tidak mengetahui di mana akan istirahat, di mana akan makan, di mana akan bernaung untuk sementara? Kondisi perjalanan seperti inilah yang sangat disukai syaitan sebagai musuh yang nyata  seluruh manusia.
Kewajiban kita dalam perjalanan hidup ini adalah  Kewajiban hanya
menyembah Allah dan mengakui ke-EsaanNya karena hal itu sesuai dengan fitrah manusia; kewajiban berda'wah; kewajiban memberi nafkah (sedekah) kepada kaum kerabat, fakir miskin, musafir dan sebagainya; larangan mengikuti orang musyrik; hukum riba.
Dalam perjalanan hidup ini manusia pada umumnya bersifat gembira dan bangga apabila mendapat nikmat dan berputus asa apabila ditimpa musibah dalam perjalanan hidupnya, kecuali orang- orang yang beriman, orang yang senantiasa menjadikan Allah dan Rasul-Nya menjadi nomor pertama dan utama dalam hidupnya.  Lalu bagaimana cara menjadikan perjalanan hidup ini membahagikan?  Ikuti ulasan berikut!
Mari kita mengamati macam-macam jalur  lalu lintas perjalanan kita sehari-hari di bawah ini!
1.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- singgah di Rumah makan  ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
2.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- singgah di Hotel  ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
3.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- Singgah di Ruko  ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
4.     Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah ---singgah  di swalayan  ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
5.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- singgah  di warkop  ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
6.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- istirahat di pantai  ini(tempat istirahat lain) ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
7.    Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat dari Rumah --- istirahat di masjid  ini untuk shalat ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
8.    dsb
Dari hasil pengamatan penulis, ditemukan realitas yang ada  bahwa kebanyakan saudara (i)ku melakukan perjalanan dengan jalur lalu lintas seperti nomor 1 – 6 di atas. Jarang  kita menemukan saudara(i)ku melakukan perjalanan dengan jalur lalulintas seperti nomor 7 di atas. 
Mari kita mengoreksi diri sendiri, lalu mencoba menempatkan diri kita pada nomor berapa di atas? Semoga, semua saudara(i)ku berada pada nomor 7

Mari kita amati beberapa kondisi tanya jawab  berikut ini!
1.    Ada anak sebelum berangkat, bertanya kepada ayahnya; “ayah, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab ayah: di warung ini nak, di sana ada ikan bakar segar, ayam panggang, dll
2.     Ada penumpang  sebelum berangkat, bertanya kepada sopir; “pak sopir, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab sopir: di warung ini  pak/bu,  di sana ada ikan bakar segar, ayam panggang, dll.
3.    Ada anak sebelum berangkat, bertanya kepada ayahnya; “ayah, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab ayah: di warung ini, yang disampingnya ada masjid. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru melanjutkan perjalanan.
4.     Ada penumpang  sebelum berangkat, bertanya kepada sopir; “pak sopir, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab sopir: di warung ini, yang disampingnya ada masjid. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru melanjutkan perjalanan.
5.    Ada anak sebelum berangkat, bertanya kepada ayahnya; “pak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar pak? Jawab ayah: di masjid  ini, yang disampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru makan dan melanjutkan perjalanan.
6.    Ada penumpang sebelum berangkat, bertanya kepada sopir; “pak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar pak? Jawab sopir: di masjid  ini, yang di sampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalatberjamaah  baru makan dan melanjutkan perjalanan.
7.    Ada sopir sebelum berangkat, berkata kepada penumpang; “pak/bu, di masjid mana kita singgah shalat sebentar? Jawab para penumpang: di masjid  ini pak sopir, yang disampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru makan dan melanjutkan perjalanan.
8.    Ada ayah sebelum berangkat, berkata kepada anak-anaknya; “nak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar? Jawab anak-anak: di masjid  ini ayah, yang disampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru makan dan melanjutkan perjalanan ayah.
9.    dsb

Dari hasil pengamatan penulis, ditemukan realitasyang ada  bahwa kebanyakan saudara (i)ku berada pada kondisi 1 dan 2 di atas. Jarang  kita temukan saudara(i)ku melakukan perjalanan berada pada kondisi seperti nomor 3 - 8 di atas.   Sopir kendaraan umum seperti kondisi nomor 4 di atas, sangatlah langkah.
Mari kita mengoreksi diri sendiri, lalu mencoba menempatkan kondisi diri kita pada nomor berapa? Semoga, semua saudara(i)ku berada pada salah satu dari nomor  3 – 8 . Lalu kondisi nomor berapa yang terbaik? Pilih sendirilah! Mana yang terbaik menurut anda?.  Kondisi penulis tidak berada pada salah satu di atas, karena penulis sangat jarang makan di warung.

Sebagai bahan introspeksi diri untuk memperbaiki perjalanan hidup kita di bumi Allah ini, maka penulis minta bantuan kepada seluruh pembaca untuk memilih dan menjelaskan tentang:
1.    Menurut pembaca,  yang mana merupakan macam jalur  lalu lintas perjalanan kita yang dapat membahagiakan saat menjadi musafir? Tolong dijelaskan alasannya dan tuliskan saran-saran anda untuk saudara(i) kita!
2.    Menurut pembaca,  yang mana merupakan situasi yang dapat membahagiakan kita saat  akan menjadi musafir? Tolong dijelaskan alasannya dan tuliskan saran-saran anda untuk saudara(i) kita!
3.    Tolong berikan masukan  tentang etika musafir atau kiat – kiat menjadi musafir yang baik sehingga saat dalam perjalanan kita merasa bahagia.
4.    Salah satu yang saya ingat tentang perjalanan Rasulullah Saw:  Beliau sangat memperhatikan waktu shalat,  dan jika waktunya sudah dekat, maka beliau menunggu sebentar  untuk shalat, dan jika waktu shalat masih lama, maka beliau telah merencanakan di mana akan singgah shalat. Lalu Bagaimana dengan kita sebagai umatnya yang ingin bahagia?
5.    Tolong semua jawaban pertanyaan di atas di tulis di kotak komentar atau dikirim melalui email saya di : m.suyuti.m@gmail.com.! (Makasih bantuannya, semoga semua bantuannya menjadi amal jariah yang dirahmati Allah SWT, amin)

Untuk menambah wawasan kita semua tentang musafir, mari kita menyelami beberapa arti firman Allah berikut ini!
a.    QS. Al-Baqarah (2) : 177 yang artinya:
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
b.    QS. An-Nisaa (4) : 43 yang artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.”
c.    QS. Yusuf (10) : 10, 19 yang artinya
10. Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat."
19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(Hikmahnya:  Allah pasti menolong hambanya yang senantiasa mengingatnya dalam perjalanan)
d.    QS. Al Waaqi'ah (56) : 73 Yang artinya:
“Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.”

Untuk mengetahui bagaimana perjalanan kaum terdahulu, maka mari kita selami beberapa firman allah berikut ini:
a.    QS. Saba’ (34) : 12-19 yang artinya:
12. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1235] dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.”
[1235]. Maksudnya bila Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula bila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.
19. Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami[1239]", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.
b.    QS. At – Taubah (9) : 60 yang artinya: “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana[647].”
[647]. Yang berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.


Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar