RUMAH – MASJID – TUJUAN – MASJID - RUMAH
Setiap kita adalah musafir, setiap kita
pejalan kaki. Bagaimana rasanya jika kita berjalan tanpa persiapan dan tujuan
yang jelas? Bagaimana rasanya berjalan tanpa arah yang jelas, hanya memgikuti
langkah kaki yang tak bertujuan, tidak mengetahui di mana akan istirahat, di
mana akan makan, di mana akan bernaung untuk sementara? Kondisi perjalanan
seperti inilah yang sangat disukai syaitan sebagai musuh yang nyata seluruh manusia.
Kewajiban
kita dalam perjalanan hidup ini adalah Kewajiban hanya
menyembah
Allah dan mengakui ke-EsaanNya karena hal itu sesuai dengan fitrah manusia;
kewajiban berda'wah; kewajiban memberi nafkah (sedekah) kepada kaum kerabat,
fakir miskin, musafir dan
sebagainya; larangan mengikuti orang musyrik; hukum riba.
Dalam
perjalanan hidup ini manusia pada umumnya bersifat gembira dan bangga apabila
mendapat nikmat dan berputus asa apabila ditimpa musibah dalam perjalanan
hidupnya, kecuali orang- orang yang beriman, orang yang senantiasa menjadikan
Allah dan Rasul-Nya menjadi nomor pertama dan utama dalam hidupnya. Lalu bagaimana cara menjadikan perjalanan
hidup ini membahagikan? Ikuti ulasan
berikut!
Mari kita mengamati
macam-macam jalur lalu lintas perjalanan
kita sehari-hari di bawah ini!
1. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- singgah di Rumah makan
ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
2. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- singgah di Hotel
ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
3. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- Singgah di Ruko
ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
4. Ada orang yang melakukan perjalanan: Berangkat
dari Rumah ---singgah di swalayan ini ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
5. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- singgah di
warkop ini ----Lanjutkan jalan menuju
tujuan.
6. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- istirahat di pantai
ini(tempat istirahat lain) ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
7. Ada orang yang melakukan perjalanan:
Berangkat dari Rumah --- istirahat di masjid
ini untuk shalat ----Lanjutkan jalan menuju tujuan.
8. dsb
Dari hasil
pengamatan penulis, ditemukan realitas yang ada
bahwa kebanyakan saudara (i)ku melakukan perjalanan dengan jalur lalu
lintas seperti nomor 1 – 6 di atas. Jarang
kita menemukan saudara(i)ku melakukan perjalanan dengan jalur lalulintas
seperti nomor 7 di atas.
Mari kita mengoreksi
diri sendiri, lalu mencoba menempatkan diri kita pada nomor berapa di atas?
Semoga, semua saudara(i)ku berada pada nomor 7
Mari kita amati
beberapa kondisi tanya jawab berikut
ini!
1. Ada anak sebelum berangkat, bertanya
kepada ayahnya; “ayah, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab ayah: di
warung ini nak, di sana ada ikan bakar segar, ayam panggang, dll
2. Ada penumpang
sebelum berangkat, bertanya kepada sopir; “pak sopir, di mana kita
singgah makan sebentar? Jawab sopir: di warung ini pak/bu,
di sana ada ikan bakar segar, ayam panggang, dll.
3. Ada anak sebelum berangkat, bertanya
kepada ayahnya; “ayah, di mana kita singgah makan sebentar? Jawab ayah: di
warung ini, yang disampingnya ada masjid. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah
baru melanjutkan perjalanan.
4. Ada penumpang
sebelum berangkat, bertanya kepada sopir; “pak sopir, di mana kita
singgah makan sebentar? Jawab sopir: di warung ini, yang disampingnya ada
masjid. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru melanjutkan perjalanan.
5. Ada anak sebelum berangkat, bertanya kepada
ayahnya; “pak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar pak? Jawab ayah: di
masjid ini, yang disampingnya ada
warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru makan dan melanjutkan
perjalanan.
6. Ada penumpang sebelum berangkat,
bertanya kepada sopir; “pak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar pak?
Jawab sopir: di masjid ini, yang di
sampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalatberjamaah baru makan dan melanjutkan perjalanan.
7. Ada sopir sebelum berangkat, berkata
kepada penumpang; “pak/bu, di masjid mana kita singgah shalat sebentar? Jawab
para penumpang: di masjid ini pak sopir,
yang disampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru
makan dan melanjutkan perjalanan.
8. Ada ayah sebelum berangkat, berkata
kepada anak-anaknya; “nak, di masjid mana kita singgah shalat sebentar? Jawab
anak-anak: di masjid ini ayah, yang
disampingnya ada warung. Di masjid itu kita bisa shalat berjamaah baru makan
dan melanjutkan perjalanan ayah.
9. dsb
Dari hasil
pengamatan penulis, ditemukan realitasyang ada
bahwa kebanyakan saudara (i)ku berada pada kondisi 1 dan 2 di atas.
Jarang kita temukan saudara(i)ku
melakukan perjalanan berada pada kondisi seperti nomor 3 - 8 di atas. Sopir
kendaraan umum seperti kondisi nomor 4 di atas, sangatlah langkah.
Mari kita mengoreksi
diri sendiri, lalu mencoba menempatkan kondisi diri kita pada nomor berapa?
Semoga, semua saudara(i)ku berada pada salah satu dari nomor 3 – 8 . Lalu kondisi nomor berapa yang
terbaik? Pilih sendirilah! Mana yang terbaik menurut anda?. Kondisi penulis tidak berada pada salah satu
di atas, karena penulis sangat jarang makan di warung.
Sebagai bahan
introspeksi diri untuk memperbaiki perjalanan hidup kita di bumi Allah ini, maka
penulis minta bantuan kepada seluruh pembaca untuk memilih dan menjelaskan tentang:
1. Menurut pembaca, yang mana merupakan macam jalur lalu lintas perjalanan kita yang dapat
membahagiakan saat menjadi musafir? Tolong dijelaskan alasannya dan tuliskan
saran-saran anda untuk saudara(i) kita!
2. Menurut pembaca, yang mana merupakan situasi yang dapat
membahagiakan kita saat akan menjadi
musafir? Tolong dijelaskan alasannya dan tuliskan saran-saran anda untuk
saudara(i) kita!
3. Tolong berikan masukan tentang etika musafir atau kiat – kiat
menjadi musafir yang baik sehingga saat dalam perjalanan kita merasa bahagia.
4. Salah satu yang saya ingat tentang
perjalanan Rasulullah Saw: Beliau sangat
memperhatikan waktu shalat, dan jika
waktunya sudah dekat, maka beliau menunggu sebentar untuk shalat, dan jika waktu shalat masih
lama, maka beliau telah merencanakan di mana akan singgah shalat. Lalu
Bagaimana dengan kita sebagai umatnya yang ingin bahagia?
5. Tolong semua jawaban pertanyaan di
atas di tulis di kotak komentar atau dikirim melalui email saya di : m.suyuti.m@gmail.com.! (Makasih bantuannya, semoga semua
bantuannya menjadi amal jariah yang dirahmati Allah SWT, amin)
Untuk menambah
wawasan kita semua tentang musafir, mari kita menyelami beberapa arti firman
Allah berikut ini!
a. QS. Al-Baqarah (2) :
177 yang artinya:
“ Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.”
b.
QS. An-Nisaa (4) : 43 yang artinya:
“ Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.”
c.
QS. Yusuf (10) : 10, 19 yang artinya
10.
Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi
masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak
berbuat."
19.
Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia
menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seorang anak
muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(Hikmahnya: Allah pasti menolong hambanya yang senantiasa
mengingatnya dalam perjalanan)
d.
QS. Al
Waaqi'ah (56) : 73 Yang artinya:
“Kami
jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.”
Untuk mengetahui
bagaimana perjalanan kaum terdahulu, maka mari kita selami beberapa firman
allah berikut ini:
a. QS. Saba’ (34) : 12-19 yang artinya:
12. Dan
Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan
dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1235]
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang
bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa
yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya
azab neraka yang apinya menyala-nyala.”
[1235]. Maksudnya bila Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai
tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam
sebulan. Begitu pula bila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama
dengan perjalanan sebulan.
19. Maka
mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami[1239]", dan
mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan
Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar
lagi bersyukur.
b. QS. At – Taubah (9) :
60 yang artinya: “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana[647].”
[647]. Yang berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar